This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Rabu, 18 Januari 2017

Puisi W.S. Rendra - Rumpun Alang-alang

RUMPUN ALANG-ALANG


Engkaulah perempuan terkasih,
Yang sejenak kulupakan, sayang
Karna dalam sepi yang jahat
Tumbuh alang-alang di hatiku yang malang
Di hatiku alang-alang menancapkan
akar-akarnya yang gatal
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal

Gelap dan bergoyang ia
Dan ia pun berbunga dosa
Engkau tetap yang punya
Tapi alang-alang tumbuh di dada


(Karya : W.S. Rendra)


Puisi W.S. Rendra - Pamplet Cinta

PAMPLET CINTA


Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu,
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjdai kaca.
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.

Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian.
Dan lalu muncul wajahmu.

Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan.
.....Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma !

Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lengang.....
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.
Lalu muncullah kamu,
Nongol dari perut matahari bunting,
Jam duabelas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmat turun bagai hujan
Membuatku segar,
Tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma !

Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
Dan sedih karena kita sering berpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?
Bahagia karena  napas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.


Pejambon, Jakarta, 28 April 1978
(Karya : W.S. Rendra)


Selasa, 20 Desember 2016

Puisi Jalaluddin Rumi - Cinta dan Takut

CINTA DAN TAKUT
By : Jalaluddin Rumi


Sang sufi bermi'raj ke 'Arsy dalam sekejap;
Sang Zahid membutuhkan waktu sebulan untuk sehari perjalanan.
Meskipun, bagi sang zahid, sehari bernilai besar sekali,
Namun bagaimana satu harinya bisa sama dengan 'lima puluh ribu tahun'?
Dalam kehidupan sang Sufi,
Setiap hari berarti lima puluh ribu tahun di dunia ini.
Cinta (mahabbah) dan gairah cinta ('isyq) adalah Sifat Tuhan;
Takut adalah sifat hamba nafsu dan birahi.
Cinta memiliki lima ratus sayap;
Dan setiap sayap membentang dari atas syurga
Di langit tertinggi sampai di bawah bumi.
Sang zahid yang ketakutan berlari dengan kaki;
Para pecinta Tuhan terbang lebih cepat daripada kilat.
Semoga Rahmat Tuhan membebaskanmu dari pengembaraan ini..
Tak ada yang sampai kecuali rajawali yang setialah
Yang menemukan jalan menuju Sang Raja.



Cerpen Remaja - Ah...Cinta

AH…CINTA!
Oleh : De Shandy



            Seperti sudah direncanakan, bulan kemarin Titin dan Tresa selesai melangsungkan perenikahan. Sebelumnya, Yanti yang lebih dulu pergi ke kursi pelaminan. Alhamdulilah, semuanya mendapatkan laki-laki yang cukup kaya. Suami Yanti yang seorang Insyinyur. Begitu pun dengan Titin, suaminya bekerja di salah satu perusahaan besar di Indonesia. Tak hanya itu, Tresa yang sebulan lalu masih menjadi kekasihku, kini bersuamikan salah seorang pejabat pemerintahan di daerahku.
            Walau semua itu baru kabar yang kuterima dari temanku, tapi aku merasa yakin pada berita yang kudengar itu. Sewajarnyalah jika mereka harus dinikahi laki-laki yang berduit seperti keinginan orang-orang tua mereka. Mungkin karena seorang calon menantunya ini yang tidak sejajar dengan derajatnya, menyebabkan aku tidak jadi menikah dengan mereka.
            Hati terasa sakit, bagai ditusuk sembilu. Seperti tak ada yang tahu, apa sebenarnya yang telah menimpaku. Bahkan aku sendiri tak mengerti dengan kejadian yang kualami itu. Kenapa kejadiannya bisa seperti ini? Aku sendiri pun tidak mau seperti ini. Tidak! sebenarnya aku tak menginginkan untuk menyakiti hati perempuan.
            “Kalau begitu, kau itu seorang playboy. Buaya darat!” tembal teman-teman sekerjaku, ketika aku menceritakan percintaanku dengan ketiga perempuan itu.
            “Aku gitu!” tembalku sedikit sombong. Semuanya tak tahu, jika sebenarnya hatiku ini sedang menjerit. Sebab, aku sendiri tak pernah merasa menjadi buaya. Aku tak merasa menjadi orang yang suka mempermainkan perempuan. Pada kenyataannya  akulah yang telah disakiti.
            “Pokoknya, siapa saja perempuan yang ingin menikah dengan lelaki-lelaki kaya  raya,  haruslah berpacaran dulu denganku, semakin besar kualitas cintanya, maka semakin besar pula peluang mendapatkan lelaki hartawan yang diimpikannya!” kataku  sambil meninggalkan mereka. Sungguh aku tak kuat menahan rasa sakit di kepalaku yang mendadak pusing.
            Hati yang terluka ini tak tahu harus kubawa ke mana. Ini semua gara-gara perempuan-perempuan itu yang ternyata matre.
“Sialan!” umpatku.
“Kukira mereka semua sungguh-sungguh mencintaiku, ternyata ada yang diincarnya lagi. Seorang laki-laki yang berada di atasnya dalam segalanya.”
            “Uh, dasar perempuan sialan” makiku. Selebihnya, aku menyamakan bahwa semua perempuan itu tak jauh beda daripada Yanti, Titin dan Tresa yang mata duitan.  Dan dengan perasaan dongkol, akhirnya kulahap juga bakso yang tengah ada di hadapanku itu.
Di kantin di seberang kantorku, sedang asyik menyantap baso tiba-tiba saja mataku menabrak seorang perempuan yang juga sedang makan bakso di depanku. Mulanya kuacuhkan, tapi lama-kelamaan perempuan itu seperti menarik juga. Dengan  wajah bulat telur dan rambut panjang lurus yang tergerai sepunggung, ia mulai  menggoyahkan hatiku.
            “Paling-paling juga nggak jauh beda dengan mereka,” gumamku dibarengi  sebuah senyuman sinis keluar dari bibirku.
Selesai makan bakso, lantas ia pun pergi meninggalkan kantin. Kuikuti  langkah kakinya, ternyata ia masuk ke sebuah kampus tepat berada di depan kantorku. Selesai makan siang, aku segera masuk kerja lagi. Dan kelihatannya jam istirahat pun sudah habis.
            Besoknya, kembali aku pergi ke kantin itu lagi untuk makan siang. Dan memang karena itulah satu-satunya kantin yang paling dekat dengan kantorku. Aku pun kembali bertemu dengan perempuan itu. Mungkin karena merasa ada yang memperhatikannya, dia menoleh kearahku. Dan terlihat sebuah senyuman telah meluncur dari bibirnya yang merah mungil.
            “Bah, senyuman gombal,” bisikku dalam hati. Namun anehnya setiapkali aku mengumpat perempuan itu, setiap itu  pula aku selalu mengingatnya. Bahkan tidak hanya itu, malah aku selalu bertemu dengannya. dan entah kenapa lama–lama hati pun mulai terpaut kepadanya.
            “Sialan,” gumamku.
            Seperti biasa setiap hari bila aku pergi ke kantin, aku selalu bertemu dengan perempuan itu. Kecuali hari minggu, sebab karena mungkin hari libur, dan kantinnya pun tutup. Setiapkali aku bertemu dengannya, ia selalu meluncurkan senyumannya kepadaku, dan senyumannya itu perlahan-lahan mulai meluluhkan hatiku. Dan entah kenapa setiapkali aku pergi ke kantin tidak bertemu dengannya, hatiku berubah risau, gelisah tak menentu. Tapi, begitu dia datang, rasanya dada ini pun merasa plong, apalagi bila ditambah dengan lemparan senyumannya -alamak manis sekali- hati pun berasa sangat bahagia.
            “Ayo, belajar gila ya,”  kata seseorang memecahkan lamunanku.
“Kok, senyum-senyum sendiri?” kata Eko teman sekantorku yang hendak makan siang. Aku meninju bahunya.
            “Sialan, bikin kaget orang saja,” kataku.
            “Kok, ada yang menarik nggak bagi-bagi,” katanya meledekku.
            “Apanya,” tembalku malu-malu.
            “Jangan hanya dipandang, nanti keburu digaet orang, lho!” selorohnya sambil pergi menghampiri ibu kantin untuk memesan makanan.
            “Gila kamu,” kataku.
            Tapi mungkin karena rasa di dalam dadaku ini yang sudah tak tertahankan lagi, akhirnya aku pun menghampirinya juga.
            “Boleh kutahu namanya?” kataku malu-malu sambil kuulurkan tanganku. Perempuan itu pun tersenyum manis sambil menyambut uluran tanganku.
            “Wulandari” katanya ramah.
            “Andi,” jawabku sambil membalas senyumannya itu.
            Selebihnya, setelah kejadian di kantin itu, hubungan kami pun menjadi akrab, dan , ketika cinta sedang menyapaku, aku berusaha untuk menghindar dan menghindar. Namun semakin aku berlari darinya, bayangannya semakin mengejarku, dan aku semakin tak tahan menahan rindu di dalam dada ini. Dengan hati pasrah, kujalani saja kejadian ini. Biarlah semuanya berjalan seperti waktu, aku tak bisa menolaknya.
            “Ah….Cinta, ternyata aku jatuh cinta lagi.”***




Senin, 19 Desember 2016

Puisi Jalaluddin Rumi - Kearifan Cinta

KEARIFAN CINTA
By : Jalaluddin Rumi


Cinta yang dibangkitkan
Oleh khayalan yang salah
Dan tidak pada tempatnya
Bisa saja menghantarkannya
Pada keadaan ekstasi.
Namun kenikmatan itu,
Jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya

Kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang

Sajak Sunda - Cinta

CINTA
Ku : De Shandy


Jungjunan
Saéstuna rasa nu mana
Rék kaula sumput salindungkeun
Na kanyaah jeung kaasih andika?
Kapan jangji tinulis
Mangsa hiji kapastian
Sagala cinta nu andika
Keur andika
Tan aya pangawasa kula
Keur nogéncang kanu lian

Panutan
Naha cirri nu mana
Geus jadi pamatri nu pasini
Moal cacah ku mangsa carita
Diri nu kasélér-sélér
Nangtukeun tékad lampah diri
Semet dipulas ku curulukna cimata

Cinta kiwari, eulis
Kari mangsi pulas dina ati
Tinggal warna carita rasa
Ukur bisa jadi pamépés sukma
Raga kadar nu katalangsara


Minggu, 18 Desember 2016

Puisi Khalil Gibran - Hapus Air Matamu

HAPUS AIR MATAMU
By : Khalil Gibran


Hapus air matamu
Aku tak ingin kau menangis lagi sayang
Yakinkan hati
Diriku tak akan memilih meninggalkanmu

Sekian waktu bersama
Tak bisa menepis kenyataan
Kita berbeda jalani keyakinan
Tapi kau yang kuinginkan dari segalanya

Setiap rinduku hanya memanggilmu
Ku yakin kaupun mengerti
Ku tak ingin menanggalkan hati
Yang telah satu untuk dirimu

Sayangku dengarkan aku
Takmungkin ku melepasmu
Kan kupertahankan  kau cinta aku
Dan semua air matamu akan berarti dihidupku

Bawalah cintaku bersamamu
Karena kau tetap miliku selamanya
Dan menikahlah denganku
Bahagialah sampai batas waktu tak terhenti
Ku hanya ingin kau jadi istriku
Untukmu satu cinta dihati