Rabu, 18 Januari 2017

Puisi W.S. Rendra - Pamplet Cinta

PAMPLET CINTA


Ma, nyamperin matahari dari satu sisi.
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.
Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan.
Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku.
Aku merindukan wajahmu,
Dan aku melihat wajah-wajah berdarah para mahasiswa.
Kampus telah diserbu mobil berlapis baja.
Kata-kata telah dilawan dengan senjata.
Aku muak dengan gaya keamanan semacam ini.
Kenapa keamanan justru menciptakan ketakutan dan ketegangan
Sumber keamanan seharusnya hukum dan akal sehat.
Keamanan yang berdasarkan senjata dan kekuasaan
Adalah penindasan

Suatu malam aku mandi di lautan.
Sepi menjdai kaca.
Bunga-bunga yang ajaib bermekaran di langit.
Aku inginkan kamu, tapi kamu tidak ada.
Sepi menjadi kaca.

Apa yang bisa dilakukan oleh penyair
bila setiap kata telah dilawan dengan kekuasaan ?
Udara penuh rasa curiga.
Tegur sapa tanpa jaminan.

Air lautan berkilat-kilat.
Suara lautan adalah suara kesepian.
Dan lalu muncul wajahmu.

Kamu menjadi makna
Makna menjadi harapan.
.....Sebenarnya apakah harapan ?
Harapan adalah karena aku akan membelai rambutmu.
Harapan adalah karena aku akan tetap menulis sajak.
Harapan adalah karena aku akan melakukan sesuatu.
Aku tertawa, Ma !

Angin menyapu rambutku.
Aku terkenang kepada apa yang telah terjadi.

Sepuluh tahun aku berjalan tanpa tidur.
Pantatku karatan aku seret dari warung ke warung.
Perutku sobek di jalan raya yang lengang.....
Tidak. Aku tidak sedih dan kesepian.
Aku menulis sajak di bordes kereta api.
Aku bertualang di dalam udara yang berdebu.

Dengan berteman anjing-anjing geladak dan kucing-kucing liar,
Aku bernyanyi menikmati hidup yang kelabu.
Lalu muncullah kamu,
Nongol dari perut matahari bunting,
Jam duabelas seperempat siang.
Aku terkesima.
Aku disergap kejadian tak terduga.
Rahmat turun bagai hujan
Membuatku segar,
Tapi juga menggigil bertanya-tanya.
Aku jadi bego, Ma !

Yaaah , Ma, mencintai kamu adalah bahagia dan sedih.
Bahagia karena mempunyai kamu di dalam kalbuku,
Dan sedih karena kita sering berpisah.
Ketegangan menjadi pupuk cinta kita.
Tetapi bukankah kehidupan sendiri adalah bahagia dan sedih ?
Bahagia karena  napas mengalir dan jantung berdetak.
Sedih karena pikiran diliputi bayang-bayang.
Adapun harapan adalah penghayatan akan ketegangan.

Ma, nyamperin matahari dari satu sisi,
Memandang wajahmu dari segenap jurusan.


Pejambon, Jakarta, 28 April 1978
(Karya : W.S. Rendra)


Related Posts:

  • Puisi Indonesia - Indah Yang Terpandang Jauh INDAH YANG TERPANDANG JAUH Oleh : De Shandy Maka, Kuucapkan kembali Apa yang tersembunyi Dalam sunyi yang berlumut Denga raut muka yang jenaka Sambil berkaca pada birunya karpet Kulihat bayangan diri Sedang mema… Read More
  • Puisi W.S. Rendra - Rumpun Alang-alang RUMPUN ALANG-ALANG Engkaulah perempuan terkasih, Yang sejenak kulupakan, sayang Karna dalam sepi yang jahat Tumbuh alang-alang di hatiku yang malang Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal Ser… Read More
  • Puisi W.S. Rendra - Pamplet Cinta PAMPLET CINTA Ma, nyamperin matahari dari satu sisi. Memandang wajahmu dari segenap jurusan. Aku menyaksikan zaman berjalan kalangkabutan. Aku melihat waktu melaju melanda masyarakatku. Aku merindukan wajahmu, Dan … Read More
  • Puisi Indonesia - Pelangi PELANGI Oleh : De Shandy Cinta berkata:             Mawar putih adalah kis kesucian dan kesetiaan           &nb… Read More
  • Puisi Indonesia: Lagu Pertiwi LAGU  PERTIWI Oleh : De Shandy Lalu, Jika benar hatimu memang berharga bagiku Maka berilh bukti nyata mengenai cintamu itu Terdegar sayup-sayup suaramu Bersama-sama sabda sang Nabi Dengan membawa Tuhan seba… Read More

0 comments:

Posting Komentar